Yang dimaksud dengan pencegahan pergaulan bebas adalah sebuah upaya estorasi sosial, yaitu mengembalikan nilai-nilai sosial, budaya dan agama sebagai sistem sosial untuk meminimalisir penyebaran pergaulan bebas khususnya di kalangan remaja. Pencegahan pergaulan bebas juga dapat diartikan sebagai langkah preventif (antisipasi) penyebaran gaya hidup pergaulan bebas.
Kini pergaulan bebas marak terjadi di kalangan remaja, fenomena itu tak jarang ditemukan baik di perkotaan ataupun pedesaan. dalam ilmu patologi sosial, fenomena itu disebut dengan istilah deviasi sosial. pergaulan bebas, khususnya pada kalangan remaja, membuat resah masyarakat, hal tersebut melahirkan kesadaran semua kalangan akan pentingnya pencegahan pergaulan bebas. Bahkan kini pencegahan pergaulan bebas sudah menjadi pembahasan para akademisi dan agamawan.
Summary
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Adanya Pergaulan Bebas
Setidaknya ada 2 faktor yang melatarbelakangi terjadinya fenomena dan penyebaran pergaulan bebas di kalangan remaja. Pertama, ialah gagalnya peran dan fungsi pendidikan dalam memotivasi para remaja serta membentuk integritas mereka.
Ada beberapa kemungkinan yang melatarbelakangi kegagalan itu, diantaranya ialah metode pembelajaran yang lemah atau juga bisa jadi karena kurikulum yang belum mampu mencapai orientasi efektif dari pendidikan.
Kedua, ialah westernisasi. Westernisasi adalah penyebaran nilai-nilai negatif dari budaya luar yang kemudian dikagumi, dijiwai dan ditiru oleh para pemuda bangsa Indonesia. Selanjutnya, setelah memahami penyebabnya, alangkah baiknya kita memahami dampak dan pencegahan pergaulan bebas.
Dampak Negatif dari Pergaulan Bebas
Sebelum membahas dampak, kita harus ingat kembali bahwa yang dimaksud dengan pencegahan pergaulan bebas adalah upaya antisipatif penyebaran gaya hidup pergaulan bebas. Dari pengertian itu, tergambarlah bahwa dampak pergaulan bebas adalah fenomena yang terjadi pada kalangan remaja yang diakibatkan oleh tidak adanya upaya antisipatif penyebarannya.
Salah satu dampak dari pergaulan bebas adalah menyebarnya deviasi sosial atau penyimpangan sosial, misalnya, mabuk-mabukan, seks bebas, narkoba, tawuran antar pelajar dan lain sebagainya. Dampak dari pergaulan bebas adalah fenomena memudarnya nilai-nilai sosial dan menguatnya penyimpangan sosial.
Upaya Kolektif Sebagai Solusi Pencegahan Pergaulan Bebas
Sebenarnya pencegahan pergaulan bebas dapat dilakukan oleh diri sendiri dengan cara menjiwai nilai-nilai sosial, budaya dan agama, mentaati hukum dan memfokuskan diri pada pendidikan. Namun, tidak semua orang sadar dan mau menerapkan upaya sendiri. Merujuk pada teori behaviorisme dalam ilmu psikologi, bahwasanya manusia memiliki kecenderungan mengikuti perilaku lingkungan sosialnya, maka tidak aneh jika remaja mudah terdampak pergaulan bebas.
Maka dari itu perlu adanya upaya kolektif atau upaya bersama dalam mencegah penyebaran pergaulan bebas, dimana setiap elemen masyarakat bekerja sama menjaga para remaja dari pengaruh pergaulan bebas, dari mulai orang tua, tenaga pendidik, tokoh masyarakat, tokoh agama serta pemerintah daerah sampai pemerintah pusat.
Misalnya, anda adalah orang tua, maka aktualisasikan peran anda dalam mendidik dan membina anak untuk menjiwai nilai-nilai sosial agama dan budaya yang baik. Seorang guru juga harus menerapkan metode belajar yang efektif dalam membangun karakter anak, pemerintah daerah juga berperan membuat regulasi yang dapat mencegah penyebaran pergaulan bebas pada remaja, Tokoh masyarakat dan agamawan, berjuang menyebarkan nilai-nilai sosial dan agama pada remaja.
Setelah kita memahami bahwa yang dimaksud pencegahan pergaulan bebas adalah upaya penting dalam menjaga generasi bangsa Indonesia, dan kita sadar bahwa sebagian dari remaja kecil kemungkinan untuk mampu melindungi dirinya dari pergaulan bebas, maka solusi pencegahan pergaulan bebas yang efektif adalah upaya pencegahan secara kolektif.
Randy adalah mahasiswa Teknik Informatika salah satu Institut Negeri di Surabaya yang memiliki ketertarikan pada menulis, olahraga, dan berbagi mengenai semua hal mengenai pendidikan.